Aceh | Tubinnews.com – Puluhan calon tenaga pendamping masyarakat yang telah direkrut oleh Yayasan Aceh Hijau sejak tahun 2024 menyatakan kekecewaan mendalam atas ketidakjelasan nasib mereka. Hingga kini, mereka mengaku belum mendapat kepastian apa pun dari pihak yayasan, sementara proses rekrutmen baru justru kembali dibuka untuk program serupa.
Proses rekrutmen tahun 2024 diikuti oleh lebih dari 100 orang dan telah melalui serangkaian seleksi ketat, termasuk orientasi lapangan langsung untuk menilai kondisi mustahik. Dari tahapan ini, peserta disaring hingga tersisa dua orang per kelompok, menandakan tahapan akhir seleksi yang serius dan kompetitif.
“Kami ini bukan peserta yang sekadar mendaftar, kami telah melewati proses yang panjang, berat, dan melelahkan. Namun setelah itu, semuanya berhenti. Tak ada kabar, tak ada kejelasan, hanya janji ‘tunggu informasi selanjutnya’ yang tak pernah datang,” ujar salah satu calon pendamping yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Yang lebih menyakitkan, menurut para peserta, Yayasan Aceh Hijau kini justru merekrut anggota baru dan mempublikasikan kegiatan orientasi melalui media sosial, khususnya Instagram, dalam rangka peluncuran program Baitul MAL yang direncanakan berjalan tahun ini.
“Kami merasa dikhianati dan diperlakukan tidak adil. Kami bukan sekadar angka dalam sistem yang tidak transparan. Ini bukan lagi kekecewaan biasa, ini bentuk ketidakadilan yang nyata!” tegas perwakilan kelompok dalam pernyataan bersama.
Para peserta menuntut:
1. Penjelasan terbuka dan jujur dari pihak Yayasan Aceh Hijau mengenai alasan tidak adanya tindak lanjut pasca seleksi 2024.
2. Pertanggungjawaban atas janji-janji kosong yang diberikan kepada peserta yang telah menjalani proses seleksi hingga tahap akhir.
3. Perlakuan adil dan profesional bagi semua peserta, termasuk transparansi dalam proses rekrutmen dan keterlibatan dalam program baru.
Pihak peserta menyatakan bahwa mereka akan terus menyuarakan isu ini secara terbuka sebagai bentuk dorongan untuk menciptakan sistem rekrutmen yang lebih bertanggung jawab dan manusiawi.
“Ini adalah suara kami, bukan untuk dipermainkan atau diabaikan. Kami menuntut keadilan, dan kami akan terus bersuara!” pungkasnya.