Perjalanan Dramatis Pengungsi Rohingya: Dari Penolakan Hingga Berkumpul di Balai Meuseuraya Aceh

|

DITAYANG:

Banda Aceh, Tubinnews – Kapal yang membawa 147 pengungsi Rohingya, terdiri dari 42 pria dan 105 wanita, tiba kembali di pantai Blang Ulam Lamreh, Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar sekitar pukul 08.30 WIB pada Minggu (10/12/2023).

Malam itu, warga setempat memindahkan pengungsi ke kantor Gubernur Aceh dengan menggunakan dua truk dan satu pikap L-300 milik penduduk Lamreh sebagai sarana transportasi. Mereka langsung turun di teras depan kantor Gubernur Aceh.

Keputusan tersebut diambil karena rasa frustrasi warga terhadap ketidakmampuan pemerintah dan UNHCR (Badan Pengungsi PBB) dalam menangani pertumbuhan jumlah pengungsi Rohingya di wilayah mereka. Upaya bersama dengan pihak berwenang dianggap tidak berhasil, mendorong mereka untuk mengambil langkah ekstrim.

BACA JUGA  UNHCR Sebut Penanganan Rohingya sebagai Tanggung Jawab Bersama

Bahkan, warga menetapkan batas waktu hingga Minggu sore agar pengungsi segera dipindahkan. Meskipun ketidakpuasan meluap, aparat keamanan dan perwakilan pemerintah setempat tidak dapat menghalangi tindakan paksa tersebut. Pada hari berikutnya, Senin (11/12/2023), pihak keamanan memindahkan etnis Rohingya ke tugu taman Ratu Safiatuddin, yang berjarak sekitar 750 meter dari kantor gubernur Aceh.

Situasi saat warga Rohingya berada di tugu taman Ratu Safiatuddin, Senin (11/12/2023)

Selanjutnya sesuai hasil rapat dengan asisten 1, etnis Rohingya dipindahkan lagi ke Ladong.

“Sesuai hasil rapat dengan asisten I, kami diperintahkan untuk membawa saudara Muslim Rohingya akan kita angkut ke Ladong yang memang bangunan milik pemerintah Aceh. Sekitar 1 minggu disana sambil nanti kita cari solusi lagi dengan pihak UNHCR dan IOM,” kata Azman, Kabid Ketentraman dan Ketertiban Umum Satpol PP Aceh.

BACA JUGA  Aceh Habiskan Realisasi Belanja Negara Mencapai Rp2,57 Triliun

Meskipun langkah ini muncul sebagai solusi, ternyata di Ladong, masyarakat setempat menolak tegas kehadiran pengungsi Rohingya.

“Bek peutron inoe, bek peutron inoe (jangan turunkan disini, jangan turunkan disini),” teriak salah seorang warga.

Pengungsi menghadapi penolakan tidak hanya di Ladong, tetapi sebelumnya juga di Lamreh, Aceh Besar, dan Scout Camp Pramuka di Pidie. Nasib mereka menjadi semakin sulit karena terus dihadapkan pada pintu-pintu penolakan tersebut.

Setelah diangkut menggunakan tiga mobil truk Satpol PP Aceh, pengungsi yang tiba di Ladong menghadapi gugatan dan tekanan dari masyarakat setempat yang memaksa mereka untuk kembali ke Banda Aceh.

BACA JUGA  Pemerintah Aceh Utara Buka Pelatihan Menjahit dan Digital Marketing Guna Realisasi Cipta Tenaga Kerja Terampil

Hingga berita ini disampaikan, para pengungsi Rohingya kembali berada di kota Banda Aceh, berkumpul di Gedung Balai Meuseuraya Aceh yang terletak di seberang kantor gubernur Aceh.

kondisi etnik Rohingya saat berada di Balai Meuseuraya Aceh, Senin malam (11/12/2023)