Oleh: Safii, S.Pd (Kepala Sekolah 3T/Mahasiswa Magister USK)
Senin sore, telepon berdering kencang ke nomor salah seorang kepala sekolah 3T (terluar, terdepan dan tertinggal) seperti biasanya hanya mendengar keluhan dan sharing beberapa orang guru dan kepala sekolah tentang berbagai informasi pendidikan yang terkini.
Tak pelak, berbincang menjadi adonan hingga tersebutlah informasi Konferensi Daerah (Konferda) ke-XXIII Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Simeulue yang semakin dekat.
“Eben menurut mo maru konferda ere pak Ing, (Bagaimana menurut mu konferda ini pak Ing)”,
Biasalah dipanggil Ing, nama kecil yang lahir dari Pulau terpecil simeulue.
Konferda yang berisikan pemilihan pengurus baru dan ketua yang baru untuk menahodai PGRI Simeulue 5 tahun kedepan menjadi perbincangan hangat baik di warung kopi seputar Kota Sinabang maupun di group Wathsapp Grup informasi Kepala sekolah Simeulue.
Maklum wadah pemersatu guru kabupaten Simeulue itu seperti kehilangan taring dan tempat berharap periode 5 tahun yang lalu.
Berbagai persoalan guru Simeulue sampai dengan sekarang tidak ada kejelasan, sebut saja beberapa contoh, misalnya tunjangan seperti tunjangan profesi guru (TPG), tunjangan khusus guru (TKG) dan tunjangan penghasilan guru (Tamsil) tahun 2024 sebahagian belum terbayarkan.
Lain lagi advokasi terhadap guru yang bermasalah dengan hukum juga terabaikan, serta apresiasi terhadap guru yang sudah berjuang mengharumkan nama kabupaten Simeulue di kanca Propinsi dan Nasional juga seakan dilupakan.
Belum lagi urusan guru bakti yang sampai saat ini tak jelas diupah dengan dasar apa, dan belum bisa dibayarkan jika dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tak cair, semua menjadi komplek ketika harapan dan cita-cita disampaikan ke wadah organisasi guru simeulue, PGRI, seperti tidak ada jawaban, hanya ada ungkapan sudah audiensi.
Sang Guru Seperti Merana Menanti Kejelasan Yang Tiada Ujung
Organisasi PGRI seharusnya menjadi garda terdepan mengakomodir dan memperjuangkan hak -hak guru di kabupaten simeulue tidak perlu banyak seremonial yang penting menyentuh perasaan guru.
Pemilihan ketua baru diharapkan menjadi titik mula perubahan organisasi guru simeulue. PGRI menjadi lebih dominan mengakomodir hak-hak guru yang terabaikan.
Berbuat yang lebih akurat, tidak takut kehilangan jabatan dan bebas intervensi dari pihak manapun merupakan sosok yang didambakan menjadi ketua baru selanjutnya, semoga berhasil adanya.
Iya lebih kuat, tegas terarah dan tidak takut kehilangan jabatan memperjuangkan hak-hak guru.
Sebelumnya informasi Konferda ke-XXIII PGRI Simeulue sudah terdengar ke seluruh guru kabupaten simeulue, kegiatan yang dihadiri ketua PGRI propinsi Aceh itu diagendakan memilih pengurus baru masa bakti 2025 – 2030 termasuk ketua yang baru.