Simalungun,Tubinnews.com | Tumpukan sampah dan bau busuk menyambut wisatawan yang datang ke Kota Wisata Parapat, Kabupaten Simalungun. Kondisi ini memicu keluhan masyarakat yang mempertanyakan kinerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Simalungun, Sabtu 15 Februari 2025.
Camat Girsang Sipangan Bolon, Oslando Harady Parhusip, S.STP, MM, menjelaskan bahwa pengangkutan sampah di wilayahnya dilakukan senin sampai sabtu.
“Kami berusaha maksimal untuk ikut bertanggung jawab membersihkan sampah pada akhir pekan karena di hari kerja kami juga melayani administrasi masyarakat,” ujar Oslando.
Oslando juga menambahkan bahwa proses pengangkutan dilakukan setelah petugas dari pihak ketiga membersihkan area tersebut, kemudian sampah dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Nagori Sipangan Bolon.
“Kami sudah mengajukan permohonan pengadaan dua unit truk tambahan kepada Kabupaten Simalungun untuk meningkatkan frekuensi pengangkutan,” tambahnya.
Di sisi lain, masalah TPA juga menjadi sorotan. Lahan TPA seluas 1 hektar yang digunakan saat ini adalah milik masyarakat dengan perjanjian pemanfaatan bersama pemerintah belum diketahui MOUnya Namun, lokasi pembuangan yang berada di jurang tersebut tidak memiliki sistem pengelolaan lebih lanjut.
Sementara itu, Kadis Lingkungan Hidup Kabupaten Simalungun, Daniel H. Silalahi, AP, M.Si., enggan memberikan penjelasan lebih jauh terkait pengelolaan sampah.
“Tanya Camat Parapat saja. Dia yang bertanggung jawab mengelola sampah di sana, bukan saya!” tegas Daniel.
Pernyataan ini menimbulkan tanda tanya besar di masyarakat mengenai peran dan tanggung jawab Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Simalungun. Masyarakat juga meminta transparansi terkait anggaran pengelolaan sampah untuk tahun 2024 dan rencana anggaran tahun 2025.
Persoalan ini menjadi perhatian serius, terutama karena Parapat merupakan salah satu destinasi utama di kawasan Danau Toba yang mendapat perhatian nasional. Warga berharap ada solusi konkret demi menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan wisata yang menjadi wajah Kabupaten Simalungun.
Sebelumnya diberitakan sebuah kota wisata yang dikenal sebagai pintu gerbang ke Danau Toba, mendadak menjadi sorotan pada awal tahun baru 2025. Sayangnya, bukan karena keindahan alamnya yang memesona, melainkan tumpukan sampah yang memenuhi sepanjang jalan utama kota.
Pemandangan ini menjadi keluhan para wisatawan yang datang dari berbagai daerah untuk menikmati liburan tahun baru.
Di tengah keramaian perayaan, ironi mencolok justru tersaji—kota yang semestinya menawarkan suasana bersih dan nyaman bagi wisatawan berubah menjadi “kota wisata sampah.
”Para pelancong terpaksa menutup hidung saat melintas karena bau menyengat, dan sebagian mengungkapkan kekecewaan atas buruknya pengelolaan sampah di kawasan wisata tersebut.
“Seharusnya pemerintah daerah lebih peduli terhadap kebersihan, apalagi saat momen liburan seperti ini,” ungkap salah seorang wisatawan asal Medan. Banyak yang mempertanyakan keberadaan Dinas Kebersihan Kabupaten Simalungun yang tampaknya gagal mengantisipasi lonjakan volume sampah selama liburan panjang.
Tokoh masyarakat setempat pun turut angkat bicara, menilai pemerintah daerah kurang serius dalam menjaga citra Parapat sebagai kota wisata unggulan di Sumatra Utara.
“Jika terus begini, dampaknya bisa merugikan pariwisata. Wisatawan akan enggan datang kembali dan sepertinya parapat lebih layak masuk wilayah Toba, tegas Tokoh masyarakat enggan namanya disebutkan.
Sementara itu, pemerintah Kabupaten melalui Pj Bupati Simalungun H Zonny Waldi memberikan tanggapan terkait keluhan masyarakat dan wisatawan.
“Urusan kebersihan di Kecamatan adalah menjadi tanggungjawab camat setempat,”Ungkap Pj Bupati Simalungun H Zonny Waldi.
Persoalan ini menjadi perhatian serius, terutama karena Parapat merupakan salah satu destinasi utama di kawasan Danau Toba yang mendapat perhatian nasional. Warga berharap ada solusi konkret demi menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan wisata yang menjadi wajah Kabupaten Simalungun.(Red)