Samosir,Tubinnews.com | Polemik dugaan penyelewengan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di SPBU 14.223.328 Jalan FL Tobing, Pardomuan I, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, semakin memanas. Minggu 16 Februari 2025.
Kapolres Samosir diduga memblokir nomor kontak seorang wartawan yang berupaya meminta konfirmasi, memicu spekulasi bahwa ada upeti yang telah diterima dari pihak SPBU.
Kasus ini bermula dari laporan masyarakat yang menduga SPBU tersebut menjual BBM subsidi menggunakan jerigen tanpa mengikuti prosedur resmi.
Padahal, sesuai aturan, BBM subsidi hanya diperuntukkan bagi petani atau nelayan yang memiliki surat rekomendasi dari desa dengan batas pembelian maksimal 100 liter.
Dinda, seorang warga setempat, mengaku heran atas jawaban petugas SPBU saat ia mempertanyakan penjualan BBM bersubsidi secara bebas.
“Katanya untuk petani, tapi kalau benar untuk petani, harus ada surat dan batasan jumlah. Ini kok bisa dilayani banyak sekali?” ujarnya.
Kecurigaan warga semakin menguat ketika penjualan BBM bersubsidi dengan jerigen berlangsung tanpa pengawasan yang jelas. Bahkan, muncul dugaan bahwa pihak SPBU bekerja sama dengan oknum Polres Samosir untuk melancarkan praktik tersebut.
“Kalau cuma tiga menit saja Polres nggak tahu, mustahil. Pasti ada koordinasi,” kata seorang warga yang enggan disebut namanya.
Ketika seorang wartawan mencoba mengonfirmasi dugaan keterlibatan Polres Samosir, nomor kontaknya justru diblokir oleh Kapolres. Tindakan ini memicu spekulasi bahwa Kapolres telah menerima upeti dari pihak SPBU agar kasus ini tidak mencuat.
Hingga berita ini diturunkan, Kapolres Samosir Samosir, AKBP Yogie Hardiman belum juga memberikan keterangan apa pun terkait laporan warga melalui redaksi tubinnews.com maupun soal dugaan blokir kontak wartawan.
Masyarakat kini menanti sikap tegas pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini. Mereka menegaskan bahwa BBM subsidi harus dinikmati oleh masyarakat kecil yang berhak, bukan untuk keuntungan segelintir pihak.
“Kepada siapa lagi kami percaya kalau polisi sendiri diduga bermain di belakang layar? keluh Roky.
Peristiwa ini menjadi ujian bagi integritas aparat penegak hukum di Samosir. Akankah kebenaran terungkap, atau justru tenggelam dalam praktik “main mata” demi keuntungan pribadi? Masyarakat menanti jawabannya. (RED)