Banda Aceh, Tubinews – Seorang pria asal Pidie berinisial JD (32) ditangkap petugas keamanan Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) saat hendak menyelundupkan lima paket sabu seberat 959,49 gram ke Lombok, Minggu (3/11/2024).
Penangkapan terjadi setelah petugas Avsec bandara menemukan barang haram tersebut dalam koper yang dibawa JD saat pemeriksaan rutin. JD beserta barang bukti kemudian diserahkan kepada Polresta Banda Aceh untuk proses hukum lebih lanjut.
Dari hasil pemeriksaan polisi, JD mengaku membawa sabu itu atas perintah seorang pria berinisial MH alias MAD (37), warga Jakarta yang bertindak sebagai pengontrol aksi tersebut. Berdasarkan keterangan tersebut, tim gabungan Polresta Banda Aceh, Bareskrim Mabes Polri, dan Ditresnarkoba Polda Aceh melakukan pengembangan kasus.
“MH alias MAD ditangkap di pinggir Jalan Banda Aceh-Medan, tepatnya di kawasan Kota Langsa, saat hendak kabur ke Medan setelah mengetahui rekannya tertangkap,” ujar Kasat Resnarkoba Polresta Banda Aceh, AKP Rajabul Asra, dalam konferensi pers, Senin (25/11/2024).
Menurut Rajabul, MH mengaku telah berhasil mengirimkan sabu sebanyak lima kali, empat di antaranya berhasil lolos, sementara satu kali digagalkan oleh petugas di Bandara SIM. Pengiriman tidak selalu dilakukan melalui Bandara SIM, tetapi juga dari lokasi lainnya.
Dalam pengakuannya, JD menyebutkan bahwa dirinya dijanjikan upah sebesar Rp 55 juta untuk membawa sabu tersebut ke Lombok. Sementara MH alias MAD mengaku hanya menerima Rp 5 juta dari SYAR, seorang bandar narkoba yang kini masih buron, dan Rp 3 juta dari JD untuk mengoordinasikan aksi penyelundupan itu.
“Tersangka MH alias MAD diperintahkan oleh SYAR untuk mencari orang yang bersedia mengirimkan sabu ke tujuan. SYAR juga yang diduga menjadi pemilik barang haram tersebut,” ungkap Rajabul.
Polisi saat ini masih memburu SYAR, yang diduga menjadi otak jaringan peredaran narkoba ini. Sementara itu, JD dan MH alias MAD kini ditahan di Mapolresta Banda Aceh untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.
Keduanya dijerat dengan Pasal 115 ayat (2), Pasal 114 Ayat (2), dan Pasal 112 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Ancaman hukuman bagi mereka mencakup pidana mati, penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat enam tahun dan paling lama 20 tahun, serta denda maksimal Rp 10 miliar.
“Kasus ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa peredaran narkoba masih menjadi ancaman serius. Kami akan terus bekerja keras untuk mengungkap jaringan ini hingga ke akar-akarnya,” tegas Rajabul.