Deforestasi Meningkat 19 Persen, Aceh Kehilangan 10 Ribu Hektare Hutan dalam Setahun, Kawasan Konservasi Terancam

|

DITAYANG:

Banda Aceh, Tubinnews.com – Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) terus memantau kondisi hutan di Provinsi Aceh sejak 2015 menggunakan citra satelit. Pemantauan dilakukan dengan metode penginderaan jauh, menggunakan interpretasi visual manual dari citra satelit Landsat 8, Sentinel 2, dan Planet Scope, serta didukung data peringatan dini kehilangan pohon (Glad Alert) dari Global Forest Watch (GFW). Hasil pemantauan ini memberikan gambaran terkait tingkat deforestasi di Aceh.

Dikutip dari laman Acehprov.go.id, Sabtu, (1/3/2025), Berdasarkan pemantauan terbaru Yayasan HAkA, sepanjang tahun 2024, Provinsi Aceh telah kehilangan tutupan hutan seluas 10.610 hektare (Ha). Angka ini mengalami peningkatan sebesar 19 persen atau setara dengan 1.705 Ha dibandingkan tahun 2023. Meskipun tren kehilangan hutan di Aceh mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, luas hutan yang tersisa pada 2024 hanya mencapai 2.936.525 Ha.

BACA JUGA  Polrestabes Medan Amankan 487 Gereja untuk Natal: Wujudkan Perayaan Penuh Sukacita 

Aceh Selatan tercatat sebagai kabupaten dengan kehilangan tutupan hutan terbesar dalam tiga tahun terakhir. Lukmanul Hakim, Manager GIS Yayasan HAkA, mengungkapkan bahwa Aceh Selatan kehilangan 1.357 Ha hutan sepanjang 2024.

“Kami memperkirakan Aceh Selatan telah kehilangan tutupan hutan seluas 1.357 Ha sepanjang 2024,” ujarnya dalam acara peluncuran buku dan talkshow “Dua Dekade Deforestasi Aceh: dari Hilangnya Hutan hingga Menurunnya Kesejahteraan” di Aula BPS Provinsi Aceh, Selasa (25/2/2025).

Selain Aceh Selatan, Aceh Timur menjadi kabupaten dengan deforestasi terbesar kedua, dengan kehilangan 1.096 Ha, diikuti oleh Kota Subulussalam yang kehilangan 1.040 Ha.

BACA JUGA  Pj Gubernur Aceh Tinjau Verifikasi Pembangunan Rumah Layak Huni di Bireuen

Peningkatan kehilangan tutupan hutan di Aceh, terutama di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), menandakan adanya tekanan serius terhadap kawasan konservasi dengan nilai ekologis tinggi. Langkah-langkah mitigasi dan penegakan hukum yang lebih ketat dinilai perlu dilakukan untuk melindungi kawasan hutan, terutama di Suaka Margasatwa (SM) Rawa Singkil dan TNGL.

Pada 2024, kehilangan tutupan hutan di KEL meningkat sebesar 17,41 persen atau 845 Ha dibandingkan tahun sebelumnya. Pemantauan juga menunjukkan bahwa deforestasi di SM Rawa Singkil masih berlangsung. Secara akumulatif, dari tahun 2020 hingga 2024, kawasan ini telah kehilangan hutan seluas 2.181 Ha.

BACA JUGA  KAMMI Aceh Gelar Diskusi Publik: Arah Perekonomian Aceh di Tangan Gubernur Terpilih

Hal ini menjadi perhatian serius karena KEL merupakan habitat terakhir di dunia bagi satwa langka seperti Orangutan Sumatra, Badak Sumatra, Gajah Sumatra, dan Harimau Sumatra yang masih hidup berdampingan di alam liar.

Terbaru

popular