Simeulue // TubinNews.com :Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Simeuleue Alismiadin, SH memberikan motivasi, saran serta masukan kepada DPC, DPD dan Aisyiah Muhammadiyah kecamatan Simeulue Tengah dan kecamatan Simeuleue Cut, pada kegiatan pertemuan akbar warga Muhammadiyah.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah (MAM) 1 dan Pesantren Mahad Baitul Qur’an, Desa Kampung Aie, Kecamatan Simeulue Tengah, Kabupaten Simeulue yang berlangsung pada, Sabtu (15/2/2025).
Pada kesempatan itu, Alismiadin menyampaikan pentingnya mengetahui dan memperhatikan organisasi dari berbagai sisi terutama tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) dalam menjalankan roda organisasi.

“Dalam sebuah organisasi, ada dua hal yang harus diperhatikan, diantaranya harus bisa saling menempatkan diri dan menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik agar organisasi berjalan sesuai harapan,” tuturnya.
Ia mengatakan, di dalam konsep Islam, untuk menjalankan roda sebuah organisasi itu sebenarnya ada di atur dalam Al-Qur’an yakni dalam surah An-nisa ayat ke 58 dan 59.
Pasalnya, kata dia, pada ayat tersebut kita bisa menemukan anjuran untuk melaksanakan keteladanan empat sifat-sifat nabi Muhammad Saw dalam menjalankan kepemimpinan.
Menjalankan roda organisasi tentu tidak terlepas dengan konsep ilmu kepemimpina, sebagimana yang di contohkan Nabi Muhammad kepada umat manusia.
Dala kesempatan tersebut, Alismiadin juga menanggapi persoalan yang tengah dihadapi keluarga besar muhamadiyah sebagaimana yang dipaparkan oleh ketua pesantren Mahad Baitul Qur’an, dan kepala sekolah Madrasah Aliyah Muhammadiyah (MAM) 1 Simtenga.
Alismiadin yang merupakan perwakilan DPRK Simeuleue mengatakan bahwa pihak legislatif tidak akan menutup mata dan berdiam diri untuk menanggapi serta menyuarakan persoalan baik yang berkaitan dengan pendidikan, organisasi termasuk keluarga besar muhamadiyah kabupaten Simeulue.
“Pada persoalan ini, salah satu yang menjadi tugas dan tanggung jawab utama, ada pada organisasi Muhammadiyah itu sendiri yang dimana sebagai induk dari unit usaha Muhammadiyah,” imbuhnya.
Lanjutnya, berdasarkan penyampaian ketua pasantren, kepala sekolah MAM dan MTSM, jumlah siswa saat ini berjumlah 54 orang dengan rincian siswa MTSM 30 orang dan siswa MAM 24 orang.
Kemudian, jumlah tenaga pengajar sebanyak 16 orang yang tergabung dalam sekolah MAM dan MTSM, yang dimana gaji guru tersebut bergantung pada anggaran (dana BOS) sebesar 50 % dari total pemasukan dana BOS untuk belanja tenaga pengajar.
“Hal itu sangat jauh dari kata cukup, karena seyogianya untuk gaji 16 orang tenaga pengajar saja 16 x 1.200.000/ bulan x 12 bulan = Rp. 230.400.000 pertahunnya plus di tambah biaya gaji untuk guru pesantrennya sebanyak 6 orang sekitar 13.500.000/bulan x 12 bulan = Rp. 162.000.000. Total dana yang di butuhkan setiap pertahunnya semestinya RP.392.400.000,” jelasnya.
Sementara itu, dana 50 % yang di peroleh dari dana BOS untuk bayar gaji hanya berkisar Rp.41.100.000 pertahunnya. “Masih minus Rp.351.300.000 untuk per tahunnya,” sebut Alismiadin.
Tentunya, kata Alismiadin, dalam hal mempertahankan eksistensi dan keberlanjutan sekolah MTSM, MAM dan Pasantren Muhammadiyah di kampung Aie ini, perlu kita ambil langkah-langkah kongkrit, terukur dan terencana. Sehingga persoalan kekurangan dana bayar gaji guru di sekolah tersebut dapat terjawab dan terselesaikan secara kontinyu.
Ia juga berpesan, kepada Bupati dan Wakil Bupati Simeulue terpilih bapak KOMBES (Purn) Mohammad Nasrun Mikaris, dan Nusar Amin untuk dapat mengalokasikan program untuk menjawab persoalan yang tengah dialami keluarga besar Muhamadiyah baik di dalam perubahan anggaran RKPD 2025, KUPA-PPAS 2025 maupun dalam tahun anggaran 2026-2030.
“Siapapun yang punya peran dalam pemangku kebijakan serta kemampuan dana pribadi di harapkan dapat bersinergi bersama untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan ini,” pungkas.