Deli Serdang | Tubinnews.com – Sebuah video pidato penuh emosi dari Ustadz Muhammad Dahrul Yusuf, pimpinan Pondok Pesantren Mazilah Darussalam, menjadi viral di media sosial, menimbulkan perdebatan hangat di kalangan warganet. Dalam rekaman tersebut, Ustadz Dahrul menyampaikan kecaman keras terhadap pihak-pihak yang dinilainya menentang keberadaan pesantren dan ulama.
“Wahai monyet-monyet yang anti terhadap pelajaran pondok pesantren, kiayi, ustadz, ulama, yang memimpin pesantren — kalian jangan banyak bacot. Kami yang ada di seluruh pesantren Indonesia akan bersatu mencari kalian, akan kami cari,” ujar Ustadz Dahrul, rabu (15/10/2025) di salah satu grup whastapp.
Dalam pernyataannya, sang pimpinan pesantren menegaskan kesiapan pihak pondok untuk membela institusi pendidikan agama tersebut sampai titik terakhir.
“Kalau kalian agama non-Muslim jangan mencampuri ajaran agama Islam nanti bisa jadi SARA. Kalau kalian anti agama Islam, kalian itu munafik penghianat — belajar lagi tentang agama kalian, enggak tahu agama kalian,” tambahnya.
Ustadz Dahrul juga menampik anggapan bahwa pesantren hanya ingin dihormati tanpa mengamalkan ajaran. “Kami enggak perlu kali sebenarnya hormati kali ulama dan kiayi tapi mengamalkan adab ajaran kami tau kalian. Jadi kami siap berjuang melawan bagi orang-orang yang anti terhadap pesantren baik Muslim ataupun non-Muslim,” tutupnya, disertai seruan berulang-ulang: siap berjuang, siap bela agama, siap bela negara, siap sampai mati.
Sejak viral, reaksi warganet terbagi. Sebagian pendukung pesantren memuji keberanian Ustadz Dahrul membela kaum santri dan institusi pondok yang menurut mereka kerap disalahpahami. Namun, banyak pula yang mengkritik gaya bahasa dan nada konfrontatif yang berpotensi memicu kebencian dan konflik SARA.
Beberapa tokoh masyarakat yang menyorot video ini mengingatkan pentingnya menahan diri dan meredam narasi yang mengandung ancaman.
“Kebebasan berpendapat harus tetap dalam koridor hukum dan etika. Kalimat yang berbau ancaman atau mengajak kekerasan perlu dihindari,” ujar seorang aktivis toleransi beragama (permintaan identitas sumber belum diperoleh).
Penggunaan istilah yang bernada menghina atau ajakan ‘mencari’ pihak lain berisiko menimbulkan laporan ke aparat jika dipersepsikan sebagai ancaman atau ujaran kebencian. Para pengamat hukum menilai, langkah paling bijak saat ini adalah mendinginkan suasana, membuka dialog antar-stakeholder, dan bila perlu melaporkan atau mengklarifikasi ke pihak kepolisian agar tidak terjadi eskalasi.
Tokoh pendidikan dan beberapa pemuka agama di wilayah itu mengimbau agar pesantren dan pihak-pihak yang merasa disinggung menempuh jalur komunikasi: forum antaragama, dialog publik, atau mediasi resmi. “Pesantren punya peran penting dalam pendidikan moral — tapi cara penyampaian harus membangun, bukan memecah,” kata seorang tokoh lokal.
Video viral ini membuka kembali perdebatan tentang peran pesantren dalam masyarakat modern dan batas kebebasan berpendapat. Seruan Ustadz Dahrul yang tegas menunjukkan kegelisahan sebagian pesantren terhadap kritik dan ejekan di ruang publik — namun sekaligus mengingatkan bahwa respons yang mengandung ancaman dapat memicu masalah yang lebih besar.
Redaksi akan mencoba menghubungi pihak Pondok Pesantren Mazilah Darussalam untuk konfirmasi lebih lanjut dan mencari komentar dari tokoh lokal serta aparat keamanan. Sementara itu, warga diimbau untuk bersikap tenang, menghindari provokasi, dan mengedepankan dialog.(Red)