Aceh Barat || Tubinnews.com || Lampu jalan di kawasan proyek pedestrian Jalan Gajah Mada kembali gelap. Fasilitas yang dibangun dengan anggaran CSR PT Mifa ini padam di saat malam, namun ironisnya justru menyala terang di siang hari.
Pemerhati sosial, Maulana Ridwan Raden menyebutkan kemedia kondisi tersebut sebagai bukti kontraktor pelaksana tidak serius menjalankan kewajiban pemeliharaan.
“Seharusnya masa pemeliharaan jadi tanggung jawab penuh kontraktor, tapi yang kita lihat malam gelap gulita, siang malah terang benderang. Kalau kontraktor hanya bisa pasang tiang dan bohlam tanpa logika, masyarakat rugi,” tegasnya.
Lebih jauh, Maulana menyoroti fakta bahwa kontraktor yang sama kini justru diduga memegang proyek lain dari CSR Bank Aceh. Belum selesai merawat yang lama sudah pegang proyek baru.
Pertanyaannya : kualitas pekerjaan yang gagal diuji masyarakat kok malah dapat hadiah proyek tambahan ? Kalau begini, kesannya asal rajin ambil proyek urusan mutu nomor sekian,” sindirnya.
Ia menambahkan, publik berhak menuntut transparansi dan kualitas apalagi proyek CSR sejatinya ditujukan untuk kepentingan masyarakat bukan sekadar formalitas pembangunan.
Kalau pedestrian yang seharusnya jadi wajah kota malah gelap, lalu kontraktor yang sama dibiarkan mengulang pola pada proyek lain, maka jelas masyarakat hanya dapat hiasan bukan manfaat,” ungkap Maulana.
Sebagaimana diketahui, proyek pedestrian Jalan Gajah Mada menggunakan anggaran CSR PT Mifa dengan tujuan mempercantik kawasan kota dan memberi rasa aman bagi pejalan kaki.
Namun, padamnya lampu jalan berulang kali membuat fungsi utama proyek ini dipertanyakan. Kini, dengan kontraktor yang sama menggenggam proyek CSR Bank Aceh, publik menunggu: apakah kualitasnya tetap jadi tontonan gelap-terang atau akhirnya benar-benar memberi manfaat nyata.














